Beberapa
minggu yang lalu saya sempat berbincang-bincang di messenger dengan Fenny,
salah seorang marketer dari Radio Suara Sakti Semarang (105.2 FM). Kebetulan
radio tersebut hendak membuat acara kampanye Global Warming. Seperti apa sih
kampanye Global Warming?
Tentu saja
banyak hal yang menjadi pertimbangan dalam kampanye Global Warming. Salah
satunya adalah karakteristik dari target kampanye. Karena beda target
tentu saja pendekatan berbeda. Apakah targetnya sekitar kalangan pelajar yang
homogen ataukah masyarakat umum yang heterogen. Pertimbangan yang tak kalah
pentingnya adalah menetapkan masalahnya ada di mana. Dalam penelitian
kesehatan, ada 3 hal yang sering dijadikan patokan yaitu: Pengetahuan, Sikap
dan Perilaku.
Apakah
pengetahuan tentang Global Warming yang kurang, sikapnya yang tidak setuju,
atau perilakunya yang tidak sesuai?
Memang untuk
menggambarkan adanya kecenderungan atau keterkaitan dari ketiga hal tersebut
perlu dilakukan suatu survey atau penelitian lebih lanjut. Karena bisa jadi
pengetahuan yang cukup tidak dapat merubah sikap, apalagi perilakunya. Namun
ada kalanya kita melihat orang dengan perilaku yang mencerminkan peduli
pemanasan global namun tanpa mengetahui apa itu pemanasan global.
Lalu kita
mulai dari mana? Keterbatasan akan kurangnya penelitian mengenai pengetahuan,
sikap dan perilaku masyarakat terhadap Global Warming bukanlah alasan untuk
tidak mengkampanyekan Global Warming. Seperti kata Fenny, kita bisa memulainya
dengan menekankan pada aspek “Pengetahuan” ditambah sedikit latihan untuk
merubah sikap.
lanjutkan
tulisan sebelumnya mengenai “Pengaruh Pemanasan Global terhadap
Kesehatan“. WHO (World Health Organization) sebagai
organisasi kesehatan dunia mengangkat isu ini menjadi tema dari Hari Kesehatan
Sedunia (HKS) tahun 2008, yaitu Protecting Health from Climate Change
atau Melindungi Kesehatan dari Perubahan Iklim. Sebenarnya masalah kesehatan
merupakan masalah ‘hilir’ dari pemanasan global (Global Warming) dan
perubahan iklim (Climate Change). Hulu permasalahannya ada pada bidang
lain yang lebih dulu merasakan dampaknya. Dokter dan tenaga medis lainnya
menjadi ‘tukang cuci piring‘ jika hanya mengobati saja. Karena itu, yang
jauh lebih penting adalah upaya adaptasi terhadap perubahan iklim yang telah
terjadi dan upaya untuk mengurangi dampak buruk dengan berbagai langkah
pencegahan.
Berbicara
tentang langkah-langkah pencegahan, banyak yang berkomentar kalau merasa diri
belum siap. Belum siap untuk menggunakan mobil hybrid, belum siap untuk
tidak menggunakan AC, belum siap untuk tidak menggunakan komputer lama-lama.
Padahal hal tersebut hanya beberapa dari berbagai langkah untuk mencegah
pemanasan global. Masih banyak cara lainnya. Wiellyam menyebutkan 3M
pada postinganku sebelumnya: Mulai dari hal kecil, Mulai dari
diri sendiri dan Mulai dari sekarang.
Ada sebuah
persepsi yang menurut saya agak keliru, upaya mencegah pemanasan global sering
diidentikkan dengan kembali ke jaman batu. Tidak menggunakan pesawat terbang
ketika berpergian, tidak menggunakan komputer, tidak menggunakan kendaraan
bermotor dan masih banyak lagi tidak-tidak yang lain. Memang itu penting dalam
mencegah pemanasan global, tetapi menurut saya jangan sampai upaya kita untuk peduli
pemanasan global membuat kita tidak produktif dalam bekerja. Hiduplah
sewajarnya. Jika memang dirasa perlu berpergian menggunakan pesawat
terbang, ya gunakanlah. Jika memang perlu menggunakan komputer, ya gunakanlah.
Upaya peduli bisa kita tunjukkan dari penggunaan yang ’sewajarnya’. Jika tidak
digunakan harap dimatikan.
One Small Step
is a Big Leap
Beberapa bulan yang lalu ketika di Bali terjadi krisis energi listrik, PLN menghimbau untuk mematikan sebuah lampu 5 watt yang biasa dihidupkan pada malam hari antara pukul 19.00-21.00 WITA, karena pada jam-jam tersebut sedang terjadi beban puncak pemakaian listrik. Terdengar kecil kan? Hanya sebuah lampu 5 watt. Namun bila seluruh Bali mau peduli untuk mematikan lampu 5 watt yang biasa dihidupkan tersebut, maka krisis energi listrik dapat teratasi. One small step is a big leap, satu langkah kecil yang dilakukan sejak dini adalah lompatan besar di masa yang akan datang. Jangan ragu untuk berbuat hal kecil demi kebaikan di masa depan. Begitulah harapan untuk menggugah setiap orang untuk bisa ikut andil dalam usaha peduli Global Warming.
Beberapa bulan yang lalu ketika di Bali terjadi krisis energi listrik, PLN menghimbau untuk mematikan sebuah lampu 5 watt yang biasa dihidupkan pada malam hari antara pukul 19.00-21.00 WITA, karena pada jam-jam tersebut sedang terjadi beban puncak pemakaian listrik. Terdengar kecil kan? Hanya sebuah lampu 5 watt. Namun bila seluruh Bali mau peduli untuk mematikan lampu 5 watt yang biasa dihidupkan tersebut, maka krisis energi listrik dapat teratasi. One small step is a big leap, satu langkah kecil yang dilakukan sejak dini adalah lompatan besar di masa yang akan datang. Jangan ragu untuk berbuat hal kecil demi kebaikan di masa depan. Begitulah harapan untuk menggugah setiap orang untuk bisa ikut andil dalam usaha peduli Global Warming.
Masalah Global
warming atau pemanasan global memang sudah tidak asing lagi, penyebabnya
tidak lain berasal dari manusia sendiri. Global warming terjadi
karena adanya EFEK RUMAH KACA dimana panas yang diterima bumi dari sinar
matahari yang seharusnya di pantulkan kembali ke luar angkasa, itu malah
dipantulkan kembali ke bumi oleh adanya awan polusi.
Sebenarnya
ada bermacam cara memperlambat dampak pemanasan global, cara-cara tersebut
umumnya mudah dan sederhana. Tetapi kurang dilakukan secara serius oleh
kebanyakan orang. Padahal pemanasan global adalah masalah yang serius. Suhu
Bumi yang terus meningkat akan ber efek panjangnya musim kering atau kemarau.
Mencairnya gunungan es di kutub. Naiknya permukaan air laut. Dan sulitnya
mencari sumber mata air. Kalau sudah begitu siapa coba yang tanggung jawab?
Berhubung Masih belum terlalu parah efeknya, mari kita lakukan 14 langkah
perubahan menuju hidup yang lebih baik, berkualitas dan ramah lingkungan.
1. Batasi
Penggunaan kertas
Tanamkan di
pikiran anda kuat-kuat, bahwa setiap anda menggunakan selembar kertas maka anda
telah menebang sebatang pohon. Oleh karena itu gunakan kertas se-efektif
mungkin misalnya dengan mencetak print out bolak-balik pada setiap kertas. Bila
anda nge-print sesuatu yang tidak terlalu penting, gunakanlah kertas
bekas yang dibaliknya masih kosong.
2. Ganti
bola lampu.
Segera ganti
bola lampu pijar anda dengan lampu neon. Lampu neon ini membutuhkan energi yang
lebih sedikit dibanding lampu pijar. Ingat setiap daya daya listrik yang anda
pakai maka anda turut serta menghabiskan sumber daya energi listrik yang
kebanyakan berbahan bakar fosil. Bahan bakar fosil adalah bahan bakar tak terbarukan,
dan dalam jangka sepuluh tahun ke depan mungkin bahan bakar jenis ini akan
habis.
3. Hindari Screen
Saver
Shut down
Komputer anda jika tidak akan digunakan dalam jangka lama, atau jika anda
terpaksa meninggalkan komputer dalam keadaan menyala, matikan screen saver.
Mengaktifkan screen saver akan memakan energi dan mengeluarkan emisi
Co2. Jadi matikan screen saver anda sekarang!
4. Periksa
tekanan ban
Setiap anda
ingin bepergian janagn lupa memeriksa tekanan ban kendaraan anda. ban yang
kurang angin akan memperlambat laju kendaraan dan akhirnya akan membutuhkan
bahan bakar yang lebih banyak.
5. Buka
jendela lebar-lebar
Di
Amerika , sebagian besar dari 22,7 ton emisi CO2 berasal dari rumah. Kebanyakan
emisi atau gas buang tersebut berasal dari AC, kulkas, kompor gas atau
refrigerator. Unutk meminimalkannya ketika dapat mengatur termostat AC dengan
suhu udara di luar ruangan. Kemudian bukalah jendela lebar-lebar karena
sirkulasi udara yang terjebak dapat mengkonsumsi energi.
6. Gunakan
pupuk organik.
Pupuk yang
digunakan kebanyakan petani mengandung unsur nitrogen, yang kemudian
berubah menjadi N2O yang menimbulkan efek GRK (Gas Rumah Kaca) 320 kali lebih
besar dari pada CO2. Jika anda hobi berkebun gunakanlah pupuk organik.
Disamping aman, murah pula.
7. Tanamlah
rumpun bambu
Pepohonan
memang terbukti mampu menyerap CO2, tetapi ternyata pohon atau rumpun bambu
mampu menyerap CO2 empat kali lebih banyak dari pohon-pohon lain.
8. Naik
kendaraan umum
Saat ini
jumlah kendaraan pribadi sudah teramat banyak dan bikin sumpek. Sector
transportasi menyumbang sampai 14 % emisi gas rumah kaca ke atmosfer,
jika kita menggunakan kendaran umum maka kita mengurangi emisi gas rumah kaca,
karena dalam satu kendaraan umum bisa mengangkut puluhan orang, dan itu sangat
hemat energi. Dibandingkan dengan kendaraan pribadi sperti sedan yang hanya
mengangkut maksimal empat orang.
9. Kurangi
makan daging sapi
Betul,
kurangi dari sekarang memakan daging sapi. Selain megandung kalori y ang
tinggi. Daging sapi juga menyumbang emisi gas rumah kaca yang cukup signifikan.
Setiap kilogaram daging sapi yang kita makan, setara dengan menyalakan bola
lampu 20 watt selama 20 hari.
10. Jangan
pakai kantong plastik
Di beberapa
Negara bagian Amerika, urusan kantong plastik bahkan sampai dibuat
undang-undangnya segala. LSM peduli lingkungan mendorong pemerintah Negara
setempat unutk melarang penggunaan kantong plastic sebagai kantong belanjaan.
Plastik ini memang unsur yang sulit terurai, butuh 1000 tahun untuk mengurainya
didalam tanah.
Efek Gas
rumah kaca yang ditimbulkannya juga cukup besar. Maka beralihlah ke kantong
kain, misal dari kain serat alami.
11. Membeli
produk lokal
Produk lokal
tentu tidak memerlukan jalur distribusi yang panjang dan membutuhkan banyak
bahan bakar. Ini berarti mengurangi emisi CO2 yang dikeluarkan mobil-mobil
pengangkutnya. Kemudian belilah produk sayuran atau buah-buahan sesuai
musimnya. Ini akan menghemat biaya transportasi dan menghindari harga jual yang
mahal.
12. Hidup
efisien
Apapun
aktifitas manusia di bumi akan berdampak pada bumi yang kita diami ini. Pola
komsumsi energi, pola lingkungan dan sebagainya. Hiduplah seefisien mungkin,
gunakan sedikit energi, komsumsilah sedikit makanan, tinggalkan pola hidup
konsumtif, ramahlah terhadap lingkungan, sedikit bicara lebih banyak berpikir,
dan sebagainya.
13.
Mengemudi cerdas
Hindari
perjalanan yang panjang dan menghabiskan waktu, bila mungkin memotong jalan
lakukanlah. Kurangilah aktifitas yang menggunakan kendaraan pribadi. Jika
terpaksa menggunakan kendaraan pribadi, pilihlah jalan-jalan alternative yang
bebas macet dan tidak mengkonsumsi energi. Bila anda menunggu, matikan mesin
sebab gas buangan tetap keluar sementara bahan bahan bakar terpakai.
14. Pakai
baju bekas
Sekarang
bukan jamannya gengsi, toh kita mati tidak membawa gengsi. Tak perlu malu
memakai baju bekas atau baju warisan orang tua. Dengan mengurangi membeli
pakaian baru maka anda membantu mengurangi pemakaian listrik di pabrik pakaian.
Apalagi
banyak bahan kain sintetis yang mengandung minyak bumi. Bahkan katun yang
berasal dari kapas ternyata mengandung pestisida
Tidak ada komentar:
Posting Komentar